Corak-Corak Penafsiran (Tafsir Bi Al-Ma’tsur Dan Bi Al-Ra’yi)
1. Indah Sri Rahayu
2. Lailiyah Indah Putri Suryani
3. Muhammad Luqman Hakim
4. Romi Mahendra
No. Penanya Pertanyaan Jawaban
1. M. Nazilul C Apakah Tafsir Al-Quran dengan Al-Quran berkelanjutan ? Tidak semua, ada yang berkelanjutan penafsirannya dalam satu surat dan ada yang penafsirannya pada ayat yang suratnya berbeda.
Contoh yang berkelanjutan (dalam 1 surat) : Al-Imron:133 ditafsiri dengan ayat selanjutnya Al-Imron:134
Contoh yang tidak berkelanjutan (ditafsiri pada surat berbeda): Al-An;am :82 ditafsiri dengan ayat pada surat Al-Lukman:13
2. Fathul Munir Siapa yang disebut sebagai sahabat ? Apa yang pernah melihat Nabi ? Bertemu ? Berbicara ? Sahabat ialah orang yang bertemu, pernah semajlis dengan Nabi Muhammad, serta yang memiliki aqidah dan beriman.
3. M. Taufik Kenapa Mufasir menafsiri Al-Quran berbeda semua ? Dasar yang shahih itu hadits atau Al-Quran ? Mengapa berbeda, karena setiap mufassir ataupun setiap orang memiliki intelektualitas yang berbeda-beda serta cara pemahaman mereka berbeda-beda pula.
Dasar yang paling shahih adalah Al-Quran, apabila tidak ditemukan penjelasan dalam Al-Quran maka menjelaskan melalui As-Sunnah/Hadits Nabawiyah yang shahih serta mutawatir.
4. Himmatus S Seperti apa pengulangan kata yang sia-sia? Dalam Al-Quran tidak ada pengulangan kata yang sia-sia, Mufassir yang mengetahui secara detail kaidah-kaidah dalam menafsirkan Al-Quran mereka tidak akan menganggap pengulangan kata dalam Al-Quran sia-sia, karena pengulangan dalam Al-Quran ada yang berfungsi (1) mempertegas firman Allah supaya lebih diperhatikan oleh manusia. (2) menjelaskan tentang urgensi masalah. (3) menunjukkan kebenaran Al-Quran sebagai wahyu yang berasal dari Allah (kisah Nabi Musa di wadi Tuwa dalam surat At-Taha diulang lagi dalam surat An-Naml)
Contoh : فبأي ءالآء ربكما تكذبان
Diulang sebanyak 31x dalam satu surat (Ar-Rahman)
و لقد يسرنا القرآن للذكر فهل من مدكر (القمر: 17)
Diulang sebanyak 4x (17, 22, 32, 44)
5. Isnainiyah Contoh yang sholat wustho apa boleh dengan ma’tsur ?
Apa satu ayat bisa ditafsir dengan ma’sur dan ra’yi ?
(1) Sholat Wustho
Ada perbedaan pendapat dalam menafsirkan arti dari sholat wustho.
Zaid Bin Tsabit : sholat Dhuhur (paling utama karena sholat yang pertama kali difardhukan adalah sholat dhuhur).
Ali Bin Abi Thalib : Sholat Ashar (didasari hadits Rasul yang mengatakan sholat ashar adalah sholat yang paling besar peluangnya untuk ditinggalkan).
Sebagian sahabat : Sholat Magrib (salah satu”nya sholat yang rakaatnya ganjil).
Sebagian Sahabat : Sholat Isya (karena berada ditengah antara sholat magrib/menjelang malam dan sholat shubuh/menjelang pagi).
Ulama Taswuf (Syeikh Abdul Qadir) : sholat wustho=sholat batin. Hafidzuu ‘ala ash-sholawati (Menjaga sholat yang lahiriyah) sedangkan wa ash-sholati wustho (perintah memelihara sholat ruhaniyah). Sholat lahiriyah tempatnya dimasjid sedangkan ruhaniyah tempatnya dihati. Menurut Syeikh Abdul Qadir sholat ruhaniyah sesuatu yang sangat penting karena sholat lahiriyah yang dikerjakan tanpa dibarengi kemampuan melakukan sholat ruhani akan sia-sia.
(2) Dalam 1 ayat bisa ditafsiri dengan tafsir Bil-Ma’tsur dan Bil-Ra’yi (corak penafsiran campuran)
Contoh : Al-Manar (M. Rasyid Ridho), Al-Jawahir (Tanthawi Jauhari), Al-Maraghi (Ahmad Musthofa Al-Maraghi)
6. Izzatul Marah S Apa arti israiliyat dan khurafat? Israiliyat : Sedangkan Sayyid Ahmad Khalil mendefenisikan israiliyyat dengan
riwayat-riwayat yang berasal dari ahli kitab, balk yang berhubungan dengan agama mereka maupun yang tidak ada hubungannya sama sekali dengannya.Penisbahan riwayat israiliyyat kepada orang-orang Yahudi karena para perawinya berasal dari kalangan mereka yang sudah masuk Islam.
Contoh : Al-A’raf: 157 disini Ibnu Katsir mengutip Israiliyyat yang disampaikan At-Thabari.
Khurafat : kisah khayal yang tidak ada kebenarannya atau bisa disebut mitos.
Contoh : menyembah pohon nanti bisa membuat kaya.
7. Fauzi Abdul Basith Salah penafsiran sampai murtad
Bagaimana perspektif kita? Kebanyakan mereka yang sampai murtad karena menafsirkan Al-Quran dengan sangat dangkal, mereka belum sepenuhnya menguasi berbagai aspek yang harus dikuasai oleh seorang Mufassir. Untuk sampai ketingkat Mufassir yang diterima tafsirannya.
Dan sifat kita dalam menentukan mana tafsir yang dapat dipercaya dan tidak kita juga harus hati-hati, kita punya ulama, punya guru ngaji, kita punya pembimbing. Dan sebaiknya kita meminta pendapat atau berguru pada mereka agar tidak tersesat dalam pemahaman dalam mengkaji sesuatu.
8. Muhammad Izzuddin Al-Qassam Apabila ada seseorang awam membaca bagaimana cara membedakan tafsir mahmud dan madzmun? Dan sifat kita dalam membedakan mana tafsir mahmud dan tafsir madzmun, kita juga harus hati-hati, kita punya ulama, punya guru ngaji, kita punya pembimbing. Dan sebaiknya kita meminta pendapat atau berguru pada mereka agar tidak tersesat dalam pemahaman dalam mengkaji sesuatu.
1. Indah Sri Rahayu
2. Lailiyah Indah Putri Suryani
3. Muhammad Luqman Hakim
4. Romi Mahendra
No. Penanya Pertanyaan Jawaban
1. M. Nazilul C Apakah Tafsir Al-Quran dengan Al-Quran berkelanjutan ? Tidak semua, ada yang berkelanjutan penafsirannya dalam satu surat dan ada yang penafsirannya pada ayat yang suratnya berbeda.
Contoh yang berkelanjutan (dalam 1 surat) : Al-Imron:133 ditafsiri dengan ayat selanjutnya Al-Imron:134
Contoh yang tidak berkelanjutan (ditafsiri pada surat berbeda): Al-An;am :82 ditafsiri dengan ayat pada surat Al-Lukman:13
2. Fathul Munir Siapa yang disebut sebagai sahabat ? Apa yang pernah melihat Nabi ? Bertemu ? Berbicara ? Sahabat ialah orang yang bertemu, pernah semajlis dengan Nabi Muhammad, serta yang memiliki aqidah dan beriman.
3. M. Taufik Kenapa Mufasir menafsiri Al-Quran berbeda semua ? Dasar yang shahih itu hadits atau Al-Quran ? Mengapa berbeda, karena setiap mufassir ataupun setiap orang memiliki intelektualitas yang berbeda-beda serta cara pemahaman mereka berbeda-beda pula.
Dasar yang paling shahih adalah Al-Quran, apabila tidak ditemukan penjelasan dalam Al-Quran maka menjelaskan melalui As-Sunnah/Hadits Nabawiyah yang shahih serta mutawatir.
4. Himmatus S Seperti apa pengulangan kata yang sia-sia? Dalam Al-Quran tidak ada pengulangan kata yang sia-sia, Mufassir yang mengetahui secara detail kaidah-kaidah dalam menafsirkan Al-Quran mereka tidak akan menganggap pengulangan kata dalam Al-Quran sia-sia, karena pengulangan dalam Al-Quran ada yang berfungsi (1) mempertegas firman Allah supaya lebih diperhatikan oleh manusia. (2) menjelaskan tentang urgensi masalah. (3) menunjukkan kebenaran Al-Quran sebagai wahyu yang berasal dari Allah (kisah Nabi Musa di wadi Tuwa dalam surat At-Taha diulang lagi dalam surat An-Naml)
Contoh : فبأي ءالآء ربكما تكذبان
Diulang sebanyak 31x dalam satu surat (Ar-Rahman)
و لقد يسرنا القرآن للذكر فهل من مدكر (القمر: 17)
Diulang sebanyak 4x (17, 22, 32, 44)
5. Isnainiyah Contoh yang sholat wustho apa boleh dengan ma’tsur ?
Apa satu ayat bisa ditafsir dengan ma’sur dan ra’yi ?
(1) Sholat Wustho
Ada perbedaan pendapat dalam menafsirkan arti dari sholat wustho.
Zaid Bin Tsabit : sholat Dhuhur (paling utama karena sholat yang pertama kali difardhukan adalah sholat dhuhur).
Ali Bin Abi Thalib : Sholat Ashar (didasari hadits Rasul yang mengatakan sholat ashar adalah sholat yang paling besar peluangnya untuk ditinggalkan).
Sebagian sahabat : Sholat Magrib (salah satu”nya sholat yang rakaatnya ganjil).
Sebagian Sahabat : Sholat Isya (karena berada ditengah antara sholat magrib/menjelang malam dan sholat shubuh/menjelang pagi).
Ulama Taswuf (Syeikh Abdul Qadir) : sholat wustho=sholat batin. Hafidzuu ‘ala ash-sholawati (Menjaga sholat yang lahiriyah) sedangkan wa ash-sholati wustho (perintah memelihara sholat ruhaniyah). Sholat lahiriyah tempatnya dimasjid sedangkan ruhaniyah tempatnya dihati. Menurut Syeikh Abdul Qadir sholat ruhaniyah sesuatu yang sangat penting karena sholat lahiriyah yang dikerjakan tanpa dibarengi kemampuan melakukan sholat ruhani akan sia-sia.
(2) Dalam 1 ayat bisa ditafsiri dengan tafsir Bil-Ma’tsur dan Bil-Ra’yi (corak penafsiran campuran)
Contoh : Al-Manar (M. Rasyid Ridho), Al-Jawahir (Tanthawi Jauhari), Al-Maraghi (Ahmad Musthofa Al-Maraghi)
6. Izzatul Marah S Apa arti israiliyat dan khurafat? Israiliyat : Sedangkan Sayyid Ahmad Khalil mendefenisikan israiliyyat dengan
riwayat-riwayat yang berasal dari ahli kitab, balk yang berhubungan dengan agama mereka maupun yang tidak ada hubungannya sama sekali dengannya.Penisbahan riwayat israiliyyat kepada orang-orang Yahudi karena para perawinya berasal dari kalangan mereka yang sudah masuk Islam.
Contoh : Al-A’raf: 157 disini Ibnu Katsir mengutip Israiliyyat yang disampaikan At-Thabari.
Khurafat : kisah khayal yang tidak ada kebenarannya atau bisa disebut mitos.
Contoh : menyembah pohon nanti bisa membuat kaya.
7. Fauzi Abdul Basith Salah penafsiran sampai murtad
Bagaimana perspektif kita? Kebanyakan mereka yang sampai murtad karena menafsirkan Al-Quran dengan sangat dangkal, mereka belum sepenuhnya menguasi berbagai aspek yang harus dikuasai oleh seorang Mufassir. Untuk sampai ketingkat Mufassir yang diterima tafsirannya.
Dan sifat kita dalam menentukan mana tafsir yang dapat dipercaya dan tidak kita juga harus hati-hati, kita punya ulama, punya guru ngaji, kita punya pembimbing. Dan sebaiknya kita meminta pendapat atau berguru pada mereka agar tidak tersesat dalam pemahaman dalam mengkaji sesuatu.
8. Muhammad Izzuddin Al-Qassam Apabila ada seseorang awam membaca bagaimana cara membedakan tafsir mahmud dan madzmun? Dan sifat kita dalam membedakan mana tafsir mahmud dan tafsir madzmun, kita juga harus hati-hati, kita punya ulama, punya guru ngaji, kita punya pembimbing. Dan sebaiknya kita meminta pendapat atau berguru pada mereka agar tidak tersesat dalam pemahaman dalam mengkaji sesuatu.
No comments:
Post a Comment